Kemajuan arus informasi dan perkembangan di segala bidang kehidupan secara tidak langsung menuntut manusia agar dapat belajar hidup dari perubahan yang terjadi. Manusia juga dituntut untuk memanfaatkan hasil kemajuan serta meningkatkan mutu kehidupannya secara terus-menerus (continuous improvement). Hal ini kelak akan berdampak pada munculnya kemajuan pola berfikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Pendidikan merupakan suatu upaya menyiapkan sumber daya manusia yang mampu berfikir secara mandiri dan kritis (independent critical thinking).
Proses pendidikan yang dijalani oleh suatu masyarakat sangat mempengaruhi pola kebudayaan yang ada di dalamnya. Musa Asy’ari (1999: 97-98) mengatakan bahwa dalam proses kebudayaan suatu masyarakat, pendidikan sebenarnya bukan sekedar sebagai bagian dari kebudayaan, melainkan juga sebagai pusat pengembangannya. Berkembangnya pola berfikir dan tatanan masyarakat beriringan dengan perkembangan budaya asing (Barat) di kalangan masyarakat (baik kalangan tua, muda, maupun anak-anak) dapat diibaratkan layaknya dua sisi mata uang yang saling terkait satu sama lainnya.
Pada satu sisi terdapat banyak kontribusi berarti dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan banyak kemudahan bagi manusia. Namun pada sisi lainnya secara tidak langsung justru terjadi penyelewengan dari makna perkembangan budaya yang ada. Hal ini dapat terlihat dari maraknya pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif, hedonis dan materialis. Secara tidak langsung hal ini justru mereduksi pemaknaan terhadap hasil dari kemajuan masyarakat.
Apresiasi masyarakat yang kurang tepat dalam menyikapi hasil perkembangan kemajuan dalam kebudayaan secara tidak langsung juga telah menyudutkan dunia pendidikan Indonesia pada umumnya dan dunia pendidikan Islam khususnya. Seharusnya pendidikan dalam dua arah itu, dengan nilai-nilai ajarannya yang sangat menjunjung nilai-nilai humanisasi, liberasi dan transendensi dalam pendidikan, selayaknya digunakan dalam proses pendidikan sebagai pijakan bagi semua kalangan dalam upaya membentuk tatanan sosial. Namun pada dataran kenyataan proses pendidikan yang ada saat ini justru terjebak pada pola pragmatisme sempit tanpa memperhatikan nilai-nilai pendidikan yang selayaknya harus digali dan dikembangkan bagi kemajuan peradaban masyarakat.
Dalam upaya perwujudan tatanan masyarakat yang maju, maka dibutuhkan generasi tangguh yang mampu mengendalikan arus perubahan bukan hanya ikut terlarut dalam arus perkembangan. Salah satu komponen terpenting yang harus diperhatikan adalah anak. Anak sebagai cikal-bakal generasi bangsa saat ini tengah menghadapi banyak tantangan dalam dunia pendidikannya. Salah satunya adalah dengan maraknya informasi yang rusak dan membawa pengaruh buruk.
Cara yang lebih efektif adalah dengan menegakkan sendi-sendi keilmuan yang tetap memiliki nilai-nilai keislaman. Maka di sini diperlukan penggalian yang mendalam terhadap ajaran Islam. Sehingga umat Islam perlu mencari paradigma baru pendidikan yang berusaha menggali kembali ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah, sejarah, maupun tulisan para ulama dan sarjana muslim dari berbagai disiplin ilmu.
http://pendis.kemenag.go.id/kerangka/pontren.htm
http://pendis.kemenag.go.id/kerangka/pontren.htm
Tidak ada komentar :
Posting Komentar